Detail E-Riset

Monitoring, Evaluasi dan Rencana Aksi Tahunan 2023 Kemiskinan Kota Surakarta

OPD : Monitoring, Evaluasi dan Rencana Aksi Tahunan 2023 Kemiskinan Kota Surakarta

Tahun : 2022

Urusan: Perencanaan

Kesimpulan/Summary :

1.  Isu penurunan angka kemiskinan merupakan isu yang berlaku universal baik
secara  Global,  Nasional,  Provinsi  maupun  Kabupaten  Kota,  termasuk  Kota
Surakarta.  Dalam  Tujuan  Pembangunan  Berkelanjutan  (TPB)/Sustainable
Development Goals (SDGs) bahwa Pada tahun 2030, menjadi zero proverty.
Pada  tingkat  Nasional  dalam  RPJMN  2020-2024,  Sasaran  Ekonomi  Makro
Tahun  2020-2024  bahwa  Tingkat  kemiskinan  sendiri  diharapkan  menurun
menjadi  6,5  –  7,0  persen  pada  tahun  2024.  Tingkat  Provinsi,  Kebijakan
penanggulangan  kemiskinan  di  Provinsi  Jawa  Tengah  dalam  RPJMD  20182023
 pada  akhir  periode  ditargetkan  menjadi  sebesar  7,48%  hinga  6,48%.
Sementara kondisi kemiskinan di Kota Surakarta mencapai 8,84% pada tahun
2021, angka tersebut berada di atas kemiskinan Provinsi Jawa Tengah dan
Nasional. Tantangan kedepan adalah agar Pemerintah Kota Surakarta dapat
menurunkan angka kemiskinan sesuai dengan target SDGs dan RPJMN, dan
RPJMD.

2. Perkembangan kemiskinan Nasional, Jawa Tengah dan Kota Surakarta pada
periode September 2021, tentunya masih dipengaruhi oleh pandemi Covid-19
yang masih berdampak bagi beberapa masyarakat. Tingginya kemiskinan juga
dipengaruhi oleh naiknya harga eceran komoditas pokok, seperti beras, daging
ayam  ras,  minyak  goreng,  telur  ayam  ras,  dan  gula  pasir.  Pada  periode
September  2021,  harga  eceran  beberapa  komoditas  pokok  mengalami
kenaikan,  selain  itu  sektor  pariwisata  ikut  menyumbang  tingkat  kemiskinan
Indonesia  pada  2021,  pariwisata  belum  sepenuhnya  bisa  bangkit,  terjadi
penurunan  jumlah  wisatawan  yang  berkunjung  ke  Kota  Surakarta,  secara
khusus wisatawan mancanegara yang mengalami penurunan drastis.

3. Dalam  rangka  koordinasi  dan  pengendalian  pelaksanaan  penanggulangan
kemiskinan di Kota Surakarta, Pemerintah Kota Surakarta telah membentuk
lembaga  pengelola  program,  yaitu  Tim  Koordinasi  Penanggulangan
Kemiskinan  Daerah  (TKPKD)  Kota  Surakarta  yang  ditetapkan  melalui
Keputusan Walikota Surakarta.

4. Total  anggaran  yang  mendukung  indikator  penurunan  tingkat  Kemiskinan
dialokasikan  sebesar  Rp  243.912.665.330,  -  dan  terealisasi  sebesar  Rp
236.205.345.313,  -   atau  sebesar  96,84  %.  Anggaran  tersebut  dijalankan
melalui 14 program yang dijalankan oleh 14 Dinas terkait.


Rekomendasi :

1. Dalam kerangka kebijakan makro pengurangan angka kemiskinan, Pemerintah
Kota  Surakarta  perlu  menjaga  stabilitas  inflasi,  menciptakan  pertumbuhan
ekonomi  yang  inklusif,  menciptakan  lapangan  kerja  produktif,  menjaga  iklim
investasi  dan  regulasi  perdagangan,  optimalisasi  layanan  pendidikan  dan
kesehatan, meningkatkan ketersediaan bahan pangan pokok strategis, serta
mengembangkan infrastruktur perekonomian.

2. Dalam  kerangka  kebijakan  mikro,  Pemerintah  Kota  Surakarta  perlu
penyempurnaan kebijakan penanggulangan kemiskinan yang bertujuan untuk
menurunkan  beban  pengeluaran  dan  peningkatan  pendapatan  kelompok
miskin dan rentan melalui akselerasi penguatan ekonomi keluarga miskin dan
rentan dan pemulihan dampak kebjakan Covid-19.

3. Dalam  pelaksanaan  program  penanggulangan  kemiskinan  tahun  2022,  Tim
Koordinasi  Penanggulangan  Kemiskinan  Daerah  (TKPKD)  Kota  Surakarta
perlu  mendorong  perangkat  daerah  terkait  pencapaian  kinerja  indikatorindikator
 yang  perlu  mendapatkan  perhatian  dalam  penurunan  angka
kemiskinan di Kota Surakarta, yaitu: a) Bidang  Ketenagakerjaan  perlu  mengoptimalkan  peningkatan  kinerja
cakupan  serapan  tenaga  kerja  terampil;  persentase  pencari  kerja  yang
ditempatkan,  besaran  pekerja/buruh  yang  menjadi  peserta  program
Jamsostek  (merupakan  indikator  capaian  SDG’s  Tujuan  ke-10),
persentase pertumbuhan tenaga kerja KUMKM yang dibina,  persentase
wirausaha baru, cakupan bina kelomok perikanan, persentase peningkatan
jumlah pelaku usaha ekonomi kreatif, persentase SDM Pariwisata (guide
dan  pengelola  wisata)  yang  bersertifikat,  persentase  kelompok  tani
menerapkan  teknologi  pertanian/perkebunan,  persentase  petani  yang
pendapatannya ≥ UMR, persentase PKL yang tertata, cakupan pelaku IKM
yang  difasilitasi  peningkatan  SDM  dan  pemasaran,  serta  peningkatan
kerjasama  dengan  Badan  Pusat  Statistik  Kota  Surakarta  dalam
penyediaan data indikator kemiskinan bidang ketenagakerjaan; b) Bidang  Infrastruktur  Dasar  perlu  mengoptimalkan  peningkatan  kinerja
persentase panjang drainase/ saluran pembuangan air dalam kondisi baik,
rumah tidak layak huni yang terehabilitasi, persentase penduduk dengan
akses terhadap air minum, dan cakupan rumah tangga bersanitasi; c)Bidang  Ketahanan  Pangan  perlu  mengoptimalkan  peningkatan  kinerja
persentase penanganan wilayah prioritas rawan pangan, dan skor PPH; d) Bidang Sosial perlu mengoptimalkan peningkatan kinerja persentase anak
terlantar  yang  dibina,  dan  cakupan  program  perlindungan  sosial  yaitu
program PKH bagi rumah tangga miskin, persentase penyandang cacat
baik  fisik  dan  mental,  serta  lanjut  usia  yang  tidak  potensial  yang  telah
menerima jaminan sosial.

4.  Peningkatan dan perluasan pengelolaan basis data, dan basis spasial dengan
pengelolaan  dan  pemanfaatan  Basis  Data  Terpadu,  serta  melakukan
pengukuran  peningkatan  kesejahteraan  penduduk  miskin  yang  terdampak
mendapatkan program penanggulangan kemiskinan.

5.  Intervensi priroritas dapat mempertimbangkan 3 strategi kunci penanggulangan
kemiskinan  berdasarkan  Garis  Kemiskinan,  yaitu  1)  pengendalian  inflasi
utamanya  optimalisasi  peran  TPID  (Tim  Pengendali  Inflasi  Daerah)  dalam
penyusunan kebijakan dan inovasi dalam pengendalian inflasi, 2) peningkatan
daya beli/pendapatan penduduk miskin dan 3) menurunkan beban pengeluaran
penduduk miskin.